syeralin yoseph Blog

Monday, 29 February 2016

masa pemerintahan kabinet syahrir,Amir syarifuddin,mohammad hatta



Masa pemerintahan kabinet Syahrir
program kerja kabinet Syahrir juga memprioritaskan penanganan konflik dengan Belanda. Kabinet Syahrir berkuasa selama 3 kali, yaitu masa kabinet Syahrir 1, Kabinet Syahrir II, dan Kabinet Syahrir III. Belanda pada 7 desember 1942 yang terkait dengan perundingan antara Indonesia – Belanda , Ratu Belanda berpidato dan mengumumkan hal-hal berikut :
1.       Indonesia menjadi Negara federasi dan bergabung dalam Negara persemakmuran di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
2.       Masalah dalam negri Indonesia akan di urus secara mandiri oleh Indonesia.
3.       Sebelum sistem persemakmuran ini di bentuk, akan di bentuk dahulu sebuah pemerintahan peralihan yang menjabat selama 10 tahun.
4.       Indonesia akan di masukan ke dalam keanggotaan PBB.
Pernyataan Indonesia dari Ratu Belanda itu merupakan jawaban dari Maklumat Politik Pemerintah pada 1 November  1945. Maklumat Politik itu berisi pernyataan bahwa pemerintah Indonesia menuntut pengakuan atas keseluruhan Negara dan pemerintahan Republik Indonesia Serikat dan juga dari pihak Belanda yang telah di buat Sebelum pecahnya Perang Dunia II. Selain itu maklumat itu juga menuntut pengembalian seluruh hak milik asing atau hak yang telah di kuasai oleh pemerintah Indonesia. Ada pihak yang tidak setuju dengan kebijakan Syahrir, sehingga Syahrir pun mengundurkan diri. Namun, Presiden Soekarno menunjuk Sutan Syahrir untuk kembali menduduki perdana menteri dan memimpin cabinet Syahrir II.
Pada masa cabinet Syahrir II yang di bentuk pada 2 oktober 1946, strategi diplomasi di wujudkan melalui pelaksanaan perundingan linggarjati pada 10 November 1946. Hasil perundingan itu di pandang tidak optimal dan di tolak oleh tokoh-tokoh dan kelompok politik lainnya. Kelompok-kelompok yang menolak keputusan perundingan linggarjati sebagai hasil strategi diplomasi, kabinet Syahrir tergabung dalam Benteng Republik Indonesia . Di sisi lain, terdapat pula kelompok yang mendukung keputusan perundingan Linggarjati , antara lain Pesindo, BTI, PKI, Laskar Rakyat, Partai Buruh, Parkindo, dan Partai Katolik. Dari kedua kelompok itu terdapat sebuah perbedaan pola strategi dalam menangani konflik dengan Belanda Perbedaan strategi itu berlanjut pada munculnya konflik-konflik antar kelompok politik pada era awal kemerdekaan.
Adapun susunan Kabinet Syahrir I adalah sebagai berikut:
No.
Bidang Meteri
Nama Menteri
1.
Menteri Dalam Negeri
Sutan Syahrir
2.
Menteri Keamanan Rakyat
Amir Sjarifuddin
3.
Menteri Kehakiman   
Soewandi
4.
Menteri Kemakmur 
Darmawan   Mangoenkoesoemo
5.
Menteri Kesehatan 
Darma Setiawan
6.
Menteri Keuangan 
Soenarjo
7.
Menteri Luar Negeri  
Sutan Syahrir
8.
Menteri Muda Keamanan Rakyat
S. Josodiningrat
9.
Menteri Negara                                  
Rasjidi
10.
Menteri Pekerjaan Umum                  
Putuhena
11.
Menteri Penerangan                           
Amir Sjarifuddin
12.
Menteri Pengajaran                            
T.S.G. Mulia
13.
Menteri Perhubungan                                  
Abdulkarim
14.
Menteri Sosial                  
Adji Darmo Tjokronegoro
15.
Wakil Menteri Dalam Negeri             
Harmani
16.
Wakil Menteri Keamanan Rakyat      
Abdul Moerad[1]


Masa Kabinet Amir Syarifuddin
Kabinet Amir Syarifudin merupakan penerus dari cabinet Syahrir . Strategi diplomasi yang paling menonjol pada masa cabinet Amir Syarifudin adalah dilaksanakannya perundingan Renvile pada 17 Januari 1948.
Konflik antar kelompok politik di dalam cabinet Amir Syarifudin juga terjadi seperti masa cabinet Syahrir . Konflik ini tidak berupa konflik fisik, tetapi berupa perbedaan strategi dalam menghadapi Belanda . Misalnya, pada saat pergantian cabinet. Amir Syarifudin bermaksud memperkuat posisi kabinetnya terhadap Belanda , sehingga ia menyepakati hasil perundingan Renvile. Dalam rapat Dewan partai pada 18 Januari 1948 . PNI memutuskan untuk menolak hasil dari perundingan Renvile karena hasil persetujuan tersebut tidak memberikan posisi jaminan yang tegas terhadap posisi Republik Indonesia. Perbedaan strategi antar kelompok politik di dalam cabinet Amir Syarifudin ini berakhir dengan penyerahan mandat kembali kepada Presiden Soekarno pada 23 Januari 1948. 
Amir kemudian membentuk kabinet sesuai kemampuan, susunannya sebagai berikut :
    Menteri Agama                           :           K. Achmad Asj’ari
    Menteri Dalam Negeri                :           Wondoamisono
    Menteri Kehakiman                    :           Susanto Tirtoprodjo
    Menteri Kemakmuran                 :           A.K. Gani
    Menteri Kesehatan                     :           J. Leimena
    Menteri Keuangan                      :           A.A. Maramis
    Menteri Luar Negeri                   :           Agus Salim
    Menteri Muda Dalam Negeri     :           Abdul Madjid Djojohadiningrat
    Menteri Muda Kemakmuran I    :           I.J. Kasimo
    Menteri Muda Kemakmuran II :           Adji Darmo Tjokronegoro
    Menteri Muda Kesehatan           :           Satrio
    Menteri Muda Keuangan           :           Ong Eng Die
    Menteri Muda Luar Negeri        :           Tamsil
    Menteri Muda Pekerjaan Umum:           Laoh
    Menteri Muda Penerangan         :           Sjahbudin Latif
    Menteri Muda Perburuhan         :           Wilopo
    Menteri Muda Pertahanan          :           Arudji Kartawinata
    Menteri Muda Sosial                  :           Sukoso Wirjosaputro
    Menteri Negara                           :           Sri Sultan Hamengkubuwono IX
    Menteri Negara                           :           Suja’as
    Menteri Negara                           :           Wikana
    Menteri Negara                           :           Hindromartono
    Menteri Negara                           :           Siauw Giok Tjhan
    Menteri Negara                           :           Maruto Darusman
    Menteri Pekerjaan Umum           :           Moch. Enoch
    Menteri Penerangan                    :           Setiadi Reksoprodjo
    Menteri Pengajaran                     :           Ali Sastroamidjojo
    Menteri Perburuhan                    :           S.K. Trimurti
    Menteri Perhubungan                 :           Djuanda Kartawidjaja
    Menteri Pertahanan                    :           Amir Sjarifuddin
    Menteri Sosial                             :           Suprodjo[1]


Masa Kabinet Mohammad Hatta

Wakil Presiden Moh. Hatta di tunjuk oleh presiden Soekarno untuk membentuk cabinet baru, menggantikan cabinet Amir Syarifudin . Bentuk cabinet yang di susun oleh Hatta adalah cabinet koalisi yang menyerahkan seluruh kelompok politik yang ada di Indonesia pada waktu itu. Kabinet ini di dukung sepenuhnya oleh partai Masyumi, PNI, Partai Katolik dan Parkindo. Soepono yang menjabat sebagai Menteri Pembangunan dan Pemuda. Kelompok tersebut adalah PKI, yang pada akhirnya melakukan pemberontakan di Madiun pada bulan September 1948. Strategi yang mencolok dari cabinet Hatta dalam menghadapi Belanda adalah pelaksanaan persetujuan Renvile dan mempercepat proses terbentuknya Negara Indonesia Serikat (NIS). Perwujudannya adalah dengan mengutus Mr. Moh. Roem sebagai ketua delegrasi RI untuk melaksanakan perundingan-perundingan diplomasi dengan pihak Belanda yang di wakili oleh Van Mook.
Konferensi  Roem-Royen pada 7 mei 1949 merupakan hasil dari strategi diplomasi Moh. Roem di dunia Internasional. Strategi diplomasi tersebut berujung pada pelaksanaan Konferensi Meja Bundar yang menjadi momentum penyerahan kedaulatan wilayah Indonesia dari Belanda ke Indonesia. Strategi diplomasi cabinet Hatta mencapai puncaknya pada 4 agustus 1949 dengan diangkatnya delegasi Republik Indonesia untuk berangkat ke Den Haag dalam rangka menggelar Konferensi  Meja Bundar (KMB). Konferensi ini berlangsung pada 28 agustus 1949 hingga 2 November  1949 . Strategi diplomasi yang di terapkan oleh cabinet Hatta telah berhasil menempatkan Indonesia dalam kondisi perdamaian tanpa ada gangguan pihak Belanda. Meskipun tidak semua kelompok politik setuju pada hasil KMB, Strategi cabinet Hatta telah berhasil menempatkan Indonesia sebagai Negara yang berdaulat di dalam konstelasi dunia Internasional. 
Hatta Adapun susunan kabinet yang digalang Hatta adalah sebagai berikut :
    Menteri Agama                                     :           Masjkur
    Menteri Dalam Negeri                          :           Sukiman
    Menteri Kehakiman                              :           Susanto Tirtoprodjo
    Menteri Kemakmuran                           :           Syafrudin Prawiranegara
    Menteri Kesehatan                                :           J. Leimena
    Menteri Keuangan                                :           A.A. Maramis
    Menteri Luar Negeri                             :           Agus Salim
    Menteri Negara                                     :           Sri Sultan Hamengkubuwono IX
    Menteri Pekerjaan Umum                     :           Djuanda Kartawidjaja
    Menteri Pembangunan/Pemuda            :           Supeno
    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan :           Ali Sastroamidjojo
    Menteri Penerangan                              :           Mohammad Natsir
    Menteri Perburuhan/Sosial                    :           Kusnan
    Menteri Perhubungan                            :           Djuanda Kartawidjaja
    Menteri Persediaan Makanan Rakyat   :           I.J. Kasimo
    Menteri Pertahanan                               :           Mohammad Hatta[4]




No comments: